Muhaimin Iskandar: Berpikirlah Seperti Orang Minang.
![]() |
*Muhaimin Iskandar (Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik |
Jakarta17 Juni 2021
Beberepa waktu lalu, di tahun-tahun politik yang panas, saya dalam kondisi pelik dalam mengambil keputusan. Entah mengikuti arus, entah melawan. Saya gamang melangkah, gugup bertindak, ruang gerak yang sempit kian merumitkan.
Sementara dalam kekakuan, waktu terus berjalan. Ia (waktu) sedikit juga tidak mau menunggu. Keputusan yang akan saya ambil memang harus cepat, sebab akan menentukan nasib jutaan orang, bahkan arah dan nasib Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang saya nakhodai. Sungguh teramat pelik.
Dari sekian banyak sepuh yang saya temui, ada satu orang yang hanya berucap satu kalimat. “Berpikirlah seperti orang Minangkabau,” katanya. Ini satu kata yang magis, saya tersentak, jaga dari keragu-raguan. Ya, saya harus berpikir seperti orang Minang. Orang-orang cadiak pandai dari Pulau Andalas. Orang-orang yang dalam memutuskan suatu perkara penuh kehati -hatian, samuik tapijak indak mati.
Setelah badai politik berlalu, saya kian gandrung untuk “menjadi” orang Minang, dalam artian selalu menyelami kebiasaan-kebiasaan Minang, dan mengamalkannya dalam kehidupan. Semakin saya mempelajari Minangkabau, semakin saya jatuh cinta. Barangkali, nilai-nilai yang terkandung dalam adat dan budaya Minang pulalah yang membuat Agus Salim bisa menjadi diplomat ulung, menjadi pencerah bangsa.
Kekaguman pada Minangkabau itu pula yang membuat saya berkali-kali datang ke Sumatera Barat (Sumbar), yang menjadi pusat Minangkabau, datang ke Sumbar, bagi saya seperti datang ke gudang ilmu. Segala ada.
Setiap mengunjungi Sumbar, saya selalu menyempatkan berdiskusi. Dengan siapa saja. Saya yakin, orang Minang memiliki doktrin politik yang kuat, yang tak diajarkan di bangku sekolah. Ilmu politik yang mereka punya diasah dari surau ke surau, lapau ke lapau, hingga ke tanah tanah perantauan.
Saya suka berlama-lama di surau, duduk di lapau, mendengar ota orang Minangkabau. Kalau ada waktu luang di
Kecerdasan yang dimiliki oleh orang Minang, berbanding lurus dengan iman yang dimiliki. Tingkat religious orang Minang memang tidak akan bisa ditakar, keputusan yang diambil orang Minang, tidak semata didasari oleh pemikiran duniawi semata, tapi juga pemikiran religious. Keseimbangan antara ilmu dan agama membuat setiap keputusan yang diambil jarang meleset selalu tepat.
Minangkabau, baik secara suku, budaya dan sejarah, merupakan sebuah kemashyuran. Baik di masa silam, atau di masa sekarang. Majalah Tempo pada tahun 2000 bahkan mencatat, enam dari 10 tokoh penting di negeri ini pada abad 20, merupakan orang Minangkabau. Bahkan, dari empat pahlawan yang menjadi pendiri Republik
Lipatan kemashyuran Minangkabau memang tak bisa dimungkiri, tengoklah sejarah, bagaimana orang Minangkabau mengorbankan segalanya untuk bangsa ini. Terlepas dari nama besar Bung Hatta, Inyiak Canduang, Tan Malaka, Tuanku Imam Bonjol dan deretan nama besar lainnya, gerakan civil society di Ranah Minang yang berkiblat pada nasionalisme memang tidak bisa dikesampingkan begitu saja.
Pesawat ketiga yang dipunyai
Peristiwa bersejarah pada 27 September 1947 membuktikan, kalau bangsa dan negara ini adalah cinta pertama orang Minangkabau dalam ruang politik. Cinta yang melanda seluruh putra-putrinya tanpa terkecuali.
“Menjadi” orang Minangkabau secara pemikiran, bagi saya suatu kebanggaan. Bahkan, gagasan -gagasan yang menjadi penopang tumbuh kembangnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dewasa ini banyak didasari oleh filosofi Minangkabau, dan terpengaruh oleh langkah politisi diplomasi pendahulu dari negeri cadiak pandai itu. Politik yang dimainkan orang Minang merupakan politik murni. Instrumennya kejujuran, amanah dan totalitas.
Tiga instrumen itu memunculkan hirarki politik yang dinamis. Orang Minangkabau tidak mengenal pola kepemimpinan otoriter. Beda dengan daerah lain, pemimpin di Minangkabau bukan pemimpin yang dikultuskan. Mereka, yang ditunjuk sebagai pemimpin, hanya ditinggikan seranting, didahulukan selangkah. Artinya, Demokrasi begitu hidup. Saya mengira, demokrasi yang paling bersih itu ada di Minangkabau.
*Pengalaman & Karir politik
Dr. (HC) Drs. H.Abdullah Muhaimin Iskandar, M.Si. kerap dipanggil dengan nama Gus Muhaimin atau Cak Imin merupakan Wakil Ketua DPR RI periode 2019-2024. Gus Muhaimin adalah Kandidat Wakil Presiden RI 2024 nomor urut 1 (satu) yang berpasangan dengan Calon Presiden Anies Rasyid Baswedan.
- Sekretaris Lembaga Kajian Islam dan Sosial Yogyakarta (1989)
- Ketua Korps Mahasiswa Jurusan Ilmu Sosial (1990)
- Ketua PMII Cabang Yogyakarta (1991-1992)
- Ketua Umum Pengurus Besar PMII (1994-1997)
- Kepala Divisi Peneliti Lembaga Pendapatan Umum (1992-1994)
- Kepala Litbang Tabloid Detik (1993)
- Wakil Ketua DPR RI (1999-2004)
- Ketua Dewan Tanfidziah DPP PKB 2002-2007
- Sekretaris Jenderal DPP PKB (2004-2005)
- Wakil Ketua DPR RI (2004-2009)
- Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (2009-2014)
- Ketua Umum PKB (2005-2010)
- Ketua Umum PKB (2019-2024)
- Wakil Ketua DPR RI (2019-2024)